on facebook

Senin, 13 Februari 2012

keperawanan hilang di malam valentine

Bunga-bunga bertaburan indah didepan
mata Rein, aromanya nyaman di hidung
membangkitkan semangat untuk segera
meraupnya. Tak tersisa. Dia pun jingkrak-
jingkrak. Ya, ini kali pertama Rein
diijinkan Ayahnya untuk keluar dengan
Dev, pacarnya. Setelah pertaruhan
argumen dan sedikit ancaman dari Rein
akan mengurung diri di kamar jika tak
diijinkan keluar. Maklumlah Rein adalah
anak perempuan satu satunya. Dan bukan
pertama kalinya keinginannya harus
dipenuhi.
Meski menyimapan
kekhawatiran Ayah dan Ibunya terpaksa
mengijinkannya. Kata terakhir yang keluar
sebelum mereka pergi adalah “ Dev,
saling Menjaga ya?”. Bukan tak
mempercayai Dev, tapi mereka sama-
sama masih SLTP, masih terlalu kecil
untuk diamanahi apapun.
Seperti burung lepas kandang, mereka
terbang jauh mengelilingi batas-batas
daerah, mereka tak sadar musuh
tentunya siap-siap dengan taringnya.
Sampailah mereka jauh dari Desa, dari
pantauan kakak Rein, orangtua dan
masyarakat yang akan membela mereka.
Taman Rimba. Ya letaknya didalam Kota.
Meski dalam Kota, taman ini adalah hutan
buatan tempat binatang yang dilindungi.
Biasanya jika disiang hari tempat ini
dijadikan liburan keluarga. Hiburan
murah meriah sambil mengenal satwa
bagi anak anak mereka. Dev memilih
tempat ini karena pada malam itu akan
banyak pasangan ABG yang merayakan
Hari Valentine dan mencatatkan moment
paling berharga dalam sejarah percintaan
mereka.
***
“Dev, kita pulang yuk!” Rein mulai jengah
dengan suasana taman, makin malam
makin banyak muda mudi yang datang.
Sebagian dari mereka bertahan tetap di
arena menikmati acara yang disediakan
panitia. Ada juga yang menghabiskan
waktu dengan keliling taman, duduk-
duduk, tak sekali Rein jumpai pasangan
sedang berpelukan, lip kissing seperti
yang dilihatnya di film-film percintaan
Korea bahkan lebih… Saat itu sulit
dibedakan mana penghuni taman rimba
dan mana yang pengunjungnya.
“Bentar lagi Rien, sayangkan jauh-jauh
kita cepat pulang. Acaranya baru juga
dimulai. Siapa tau nanti kita dapat
doorprize atau kita dinobatkan jadi
pasangan paling mesra. Apa kamu gak
ingin kita selalu mengingat moment ini.
Ketika semua orang memandang iri”.
Manjur, perkataan Dev meluluhkan hati
Rein untuk tetap bertahan. Dev adalah
cinta pertamanya. Dia sangat menyayangi
lelaki itu dan tak ingin buat dia kecewa.
Jam menunjukan pukul 21.40 WIB ketika
Rein melihat jam pada handphonenya.
Ada banyak panggilan tak terjawab
disana. Ia lupa untuk mengubah nada
silent dari sepulang sekolah tadi. “ Rein,
kamu dimana? Lekas pulang! “, itu sms
yang dikirim kakaknya. Hendra. Ren
semakin gusar.
“Dev, pokoknya kita pulang sekarang!
Ayah cemas. Ini sudah terlalu malam.” Dev
hanya pandangi wajah kekasihya itu
sekilas dengan gurat kecewa. Karena ia
masih ingin menikmati acara demi acara.
Dev berlalu menuju tempat parkiran. Rein
mengambil helm dari tangan Dev masih
tetap dengan isyarat sunyi.
Suasana mencekam, gelap dan sunyi,
suara sound speaker terdengar sangat
jauh. Tiba-tiba motor yang dikendarai Dev
mogok. Bagi orang yang waras tentu
lebih memilih tidur berselimut dirumah
dari pada keluyuran. Kalau tidak karena
permintaan Dev tentu Rien lebih memilih
dirumah saja. Rien masih mengingat
permohonan Dev.
“ Rien, sekali ini saja, malam Valentine.
Malam kasih sayang. Malam seluruh dunia
berbahagia. Merayakan!. Besok jam
sekolah kosong juga hanya diisi eskul
kan?”. “Menyesalkah ? entahlah dilain sisi
Rein juga menikmati setiap detik, menit
dan seluruh waktu bersama Dev. Setiap
getaran yang mengalir mengingatkan
pada Rien, mungkin cinta memerlukan
pengorbanan. Pengorbanan ?
Pada akhirnya Rien benar benar dituntut
untuk berkorban. Pengorbanan yang tak
pernah diharapkan. Dibayangkan, oleh
Dev, dirinya atau siapapun juga.
Pengorbanan yang sia sia. Konyol.
Sewaktu motor Dev mogok, dua orang
pria tinggi besar berpawakan polisi
menghampiri.
“kalian disini ngapain?” Tanya seorang
lelaki yang berambut ikal kepak
“ motor kami mogok, Bang! “
“Alasan! Kalian mau mesum ya ?”
“ bener! gak bang! Jawab Dev, yang mulai
menciut mentalnya. Pasalnya dua lelaki itu
membentak.
“ikut kami! Ajak lelaki itu setelah bertanya
alamat dan kartu pelajar. Lelaki
perpawakan polisi itu mengintrogasi Dev
dan Rein secara terpisah.
“ kamu pasti sudah mesum ? kamu sudah
tak perawan kan ? Tanya lelaki itu ke Rein
“ Rein hanya terisak pasalnya dia takut
suara tinggi, bentakan. Orang tuanya tak
pernah membentaknya. Ditambah lagi
suasana hutan yang gelap, hanya cahaya
handphone dari lelaki asing itu. “Dev,
dimana kau ?“ pikirnya.
“Dev!!!” hanya kata itu yang sanggup
keluar. Sekarang Rien benar-benar takut
bukan saja karena bentakan tapi laki-laki
itu menyusupkan tangannya dikemeja
Rien
“ Alahhh!, kamu juga sudah tidak
perawankan?, jangan berisik ! Sal yang
dipake Rien berpindah membungkam
mulutnya. Tenaga lelaki itu terlalu kuat.
Rien tak dapat berbuat apa apa dan tak
mengetahui apa apa? Hal buruk telah
menimpanya.
Ditempat yang berbeda Dev dimintai uang
dan handphonenya. Jika tidak diberikan
maka akan diancam dimasukan ke kantor
polisi. Nyali Dev yang masih SLTP tak
bertahan, dan tidak bisa berpikir panjang.
Apalagi ia berasal dari Desa. Mentalnya
bertekuk lutut diserahkan uang tiga
puluh ribuan itu beserta handphonenya.
***
“ arrrgh! Kenapa kamu tak bilang dari
tadi Rein? Geraham Dev saling bertemu.
Geram. Setelah mendengar pengakuan
Rein. Dia putar motornya kearah tempat
dimana motornya tadi mogok. Dia putari
seluruh taman. Sia sia. Tidak ia temui dua
lelaki tersebut. Putus harapan ia
beranikan diri untuk menghampiri pos
satpam penjagaan dan menanyakan
tentang dua lelaki tersebut. Tapi penjaga
mengaku tidak mengenali sama sekali
dengan ciri ciri yang disebutkan. “ kalau
polisi yang patroli disini biasanya pake
seragam Dek” jelas penjaga tersebut.
Setitik jalan keluar tak mereka temui
sedikitpun, semua tertutup. Gelap dan
semakin gelap seperti hari yang hampir
mendekati tengah malam. Dev dan Rien
merayakan hari Valentine penuh dengan
tangis. Tangis yang tak akan pernah
kering sampai kapanpun.
***
Rien pagi pagi sekali datang ke sekolah.
Ia sangat bingung harus bagaimana.
Ingin segera ia bertemu dengan Dev.
Matanya tak terpejam barang
semenitpun. Bukan karena berkumpulnya
rindu seperti hari biasa tapi karena
kecemasan dan rasa shok bersekongkol
disana. Tak disangkanya Dev sudah
berada di kelas. Senyumanya berubah
menjadi masam. Dia lihat Dev bersama Sri.
Dilihatnya coklat ditangan Sri. “Dev, beri
aku penjelasan?” ditariknya Dev
kebelakang kelas.
“Rien, maaf aku masih jejaka. Gila!, kalau
aku memperoleh yang tidak perawan”.
Jawab Dev sambil menunduk. Sri sudah
lama mencintaiku. Tidak salahnya aku
mengobati kekecewaan ini dengannya.
Aku kecewa Rien. Aku shok”. Sekarang
Rien yang benar benar merasa gila.
Tangisnya sudah kering. Badannya
kehilangan kekuatan. Disandarkannya
lama di tiang bangunan. Sunyi. Sampai
tanda bel masuk berbunyi.
“ Maaf Rien, kuharap kamu baik-baik saja.
Yuk kita masuk”. Kata Dev sambil berlalu.
***
Hari ini ruang kelas terpisah antara laki-
laki dan perempuan. Kegiatan eskul hari
ini diisi dengan kegiatan Rohis. Miss.
Salsabillah adalah guru Bahasa Inggris
yang dipercaya Kepala Sekolah sebagai
tutor kegiatan Rohis di kelas dua.
Kelasnya Rien. Banyak murid yang
menyukainya, suaranya lembut, teduh, tak
pernah marah-marah dan yang
terpenting adalah dia bisa diterima oleh
anak-anak dalam memberikan tausyiah
meskipun dia bukanlah lulusan dari
pesantren atau sekolah tinggi agama.
Kedahsyatan dalam mencari ilmu Agama
secara otodidak mengantarkannya
menjadi sesosok muslimah yang ideal.
Betapa terkejutnya dia ketika sampai
dikelas semua murid mengucapkan “
Happy Valentine Miss! Secara serentak.
Wow. Disela kebingungannya murid-
murid menyisipkan coklat, bunga atau
entah apa isinya yang dibungkus rapi
bersama sampul warna pink. Dia tak
pernah merayakannya. Saat itu adalah
waktu yang tepat untuk mengembalikan
Aqidah dan menghapus lata murid yang
ikut-ikutan merayakan Valentine.
“hari ini hari Valentine? Tanya Salsabillah
kepada muridnya setelah kondisi lumayan
tenang.
“ Iya Miss “
“Apa itu Valentine ?”
“Ah, Miss kolot masak hari gini gak ngerti
valentine. Capek deh!!!” kata seorang
murid.
Murid yang lain menimpali, “ hari kasih
sayang Miss,”
“siapa yang bilang?” menarik perhatian
muridnya. Suasana sunyi. “ sudah biasa
Miss, kami ngerayain kata seorang murid
yang agak jangkung “. Salsabillah
mengelus dada di perdesaan seperti ini
berita atau kabar kekafiran cepat sekali
menyebar dan itu diikuti.
“ masih ingat dengan ayat yang
mengatakan jangan mengikuti sesuatu
tanpa ilmu pengetahuan?”. Kembali sunyi.
Kemudian Billah melanjutkan, “kita tidak
boleh mengikuti perayaan Valentine
karena ini adalah kebiasaan orang orang
kafir. Mau kita dimasukan kepada
golongan orang orang kafir?”. Murid-
muridpun menggeleng tanpa suara. Dari
bangku paling ujung seorang murid
bertanya, “ kenapa Miss? Kan Valentine
bukan untuk orang berpacaran saja tapi
juga untuk anak ke orang tua, sesama
teman dan dengan guru. Bukankah itu
baik? Kenapa dibilang mengikuti orang
orang kafir. Kalau untuk yang pacaran
bolehlah dibilang begitu.” Salsabillah
tersenyum berarti tausyiah tentang
haramnya pacaran minggu kemarin
masuk kepemikiran anak muridnya.
Kemudian Salsabillah mulai bercerita
tentang asal usul kenapa Valentine itu
haram. Diputarnya memori tentang asal
usul ini yang pernah ia baca dari majalah
Islam.
“ Valentine itu berasal dari nama seorang
Santo yang dibunuh karena ia menentang
Raja Claudius II yang melarang para
pemuda untuk menikah pada zaman itu.
Menurut Raja, pemuda yang menikah
tidak bisa berkonsentrasi dalam
berperang. Pada waktu itulah St.
Valentine membangkang, ia tetap
menikahkan pemuda-pemuda tersebut.
Tapi lambat laun ia ketahuan. Raja marah
lalu membunuhnya. Untuk mengenang
dan mengagungkan keberanian sang
Santo maka dikenallah pada hari
kematiannya sebagai hari kasih sayang
yaitu pada tanggal 14 Februari. Selain itu
orang Eropa percaya pada tanggal
tersebut adalah musim semi atau musim
kawin. Makanya banyak orang-orang
didunia yang ikut-ikutan ngerayain. Jadi
bagi kita muslimah kita harus pahami
sejarah ini. Perayaan ini tidak ada dalam
Islam. Agar kelak kita tidak menyesal
karena termasuk golongan kafir. Kalau
kita ikut-ikutan ngerayain, kita tak ada
bedanya dengan mereka seperti sabda
Nabi Shallallahu ‘alahi wasalam “ barang
siapa menyerupai suatu kaum berarti ia
termasuk golongan mereka (HR. abu
Daud ). Jadi jangan asal asal ikutan ya?
Jika untuk memperingati hari kasih
sayang bisa kok tiap hari tanpa
mengkhususkan hari hari tertentu. Jadi
masih mau ikutan merayakan Valentine
nih? Mau digabunggin sama orang-orang
kafir ?“ Tanya Sallabillah. Ia pandangi
semua isi kelas. Ia lahap semua mata
murid-muridnya. Semua tertunduk. Ada
yang paham. Ada yang nyeletuk “ ih, Miss
ni gak gaul banget, apa apa gak boleh”. Ia
tersenyum dan berdo’a semoga diberikan
hidayah dan pemahaman kepada murid
muridnya. Dibangku nomor tiga ia
tangkap sesosok Rein, tidak seperti biasa.
Wajahnya pucat, ketika beradu pandang,
matanya penuh dengan ketakutan.
***
Rein masih hanyut dalam pikirannya.
Seandainay Rein dengarkan kata-kata
Salsabillah untuk tidak berpacaran tentu
tak akan seperti ini. Dulu dia tidak
percaya kata-kata Salsabillah. Menurut
Rein pacaran bukanlah berzina seperti
yang dikatakan Salsabillah. Baginya
pacaran hanya untuk memotivasi dia
belajar. Semua sudah terlambat, Dev yang
diharapkan bisa jadi motivasi belajar
adalah lelaki brengsek yang tak punya
hati sama sekali. Tapi Dev juga tidak bisa
disalahkan, siapa yang mau dengan
perempuan yang tak perawan? Lalu siapa
yang disalahkan! Tuhan ? bukankah
Tuhan sudah menegurnya, memanggilnya
untuk tidak mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk (Al-Isra :32 ). “menagislahlah nak!,
menagislah kalau kamu belum siap cerita
sekarang, Ibu tunggu. Menangislah!, jika
buatmu tenang!”. Diberikannya
punggung Salsabillah. Mereka berdua
berpelukan seperti seorang anak dan
Ibunya. Rein terus menangis, ia mulai
mengerti sebenarnya hidup ini memang
penuh tangis entah tangis diciptakan
karena kesalahan diri sendiri, entah
karena orang lain atau memang
waktunya harus menagis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita yg laenya nui...

share button